sebenarnya "san" digunakan ketika kita menyebut seseorang yang baru kita kenal dan levelnya sama dengan kita. Ada sebutan "kun" , "chan" untuk sebutan yang lebih akrab. "kun" untuk seseorang yang lebih junior atau seumuran. sedang "chan" untuk anak kecil, atau panggilan kecil.
Nah didalam lingkungan kerja pun, terdapat sebutan2 yang menunjukkan posisi seseorang. terdapat kebiasaan di Jepang untuk menghindari penyebutan nama seseorang terutama yang lebih senior di dalam lingkungan kerja. Ini terkait dengan nilai2 sopan santun yang mereka anut. Sebutan2 senior yang umum adalah Sacho (Presiden Direktur), Fuku-Sacho (Wakil Presdir), dan Bucho (General Manager). Jadi misal gw punya presdir namanya Naruto, maka gw nyebutnya Sacho saja, atau Naruto-Sacho, bukan Naruto-San.
Nah, yang itu sekilas tentang sebutan2 didalam lingkungan kerja di perusahaan Jepang.
Sekarang gw mo crita tentang Fuku-Sacho gw.
Dia relatif baru bertugas di perusahaan gw, sekitar akhir tahun kemarin.
Dan rumornya , dia bisa menduduki posisi tertingi kedua di perusahaan gw, karena sebelumnya pernah menduduki jabatan asisten "bos besar", benar2 besar karena merupakan anak pemilik perusahaan gw.
Awalnya gw nggak terlalu dekat, yah karena diantara dia ma gw terdapat lapisan2 manager. Tapi karena gw sering cc imel ke dia, jadi tahulah dia ke gw.
Dia bisa dibilang Jepang priyayi. Cara ngomong, cara bersikap, terhitung kalem. Dan secara fisik, memang terlihat seperti orang berkelas, tinggi dan tampan.
Dan saat gw ditugasin ke singapore kemarin, gw punya kesempatan berinteraksi lebih dalam dengan dia.
Berawal dari makan malam bareng (haha..bukan dinner romatis loh yah), cuma dia ditugasin ama sacho buat nemenin gw, secara gw tanggung jawab mereka berdua saat itu.
Dan saat itu lah dia cerita, kalo dia suka masakan italia. Kebetulan kita makan di restoran italia (tapi nggak ada orang italia disana, termasuk kokinya). Dan secara jujur gw minta makan yang nggak mengandung babi ke pelayannya, dan tersebutlah pizza seafood. tapi alotnya minta ampun...nggak enjoy gw makannya, karena susah (jauh beda ama pizza HOT yang populer disini).
Nah disitu fuku-sacho cerita, bahwa dia sepuluh tahun yang lalu ditugaskan ke eropa, tepatnya di UK. Dan selama itu, dia selalu jalan2 ke berbagai negara di eropa. Dan disitulah gw ngeliat kelas dia.
kenapa? karena bahasa inggris orang jepang terhitung lebih jelek dibanding orang kita (indonesia) karena aksennya pasti masih terbawa Jepangnya. Dan selama hampir sepuluh tahun gw kerja di perusahaan Jepang, jarang gw ketemu dgn orang jepang yang cakep bahasa inggrisnya. Dan disana yang bisa bahasa inggris, minimal lulusan perguruan tinggi. Kenapa? karena literatur di Jepang selalu dalam bahasa ibunya. Restorasi Meiji (abad 19) kabarnya berawal dari penterjemahan besar2an segala macam ilmu2 modern ke dalam bahasa Jepang untuk memudahkan bangsa Jepang lebih menguasai ilmu modern. dan inilah titik balik dimana Jepang akhirnya mampu mengungguli bangsa eropa dalam hal teknologi, utamanya teknologi elektronika dan otomotif.
Jadi untuk mempelajari bahasa inggris, orang jepang mesti belajar ekstra,karena mata pelajaran itu jarang diajarkan di sekolah2 tingkat dasar disana. Beda dengan di Indonesia, sejak TK pun bahkan mungkin sudah diajarkan. Apa ini artinya bangsa kita nggak percaya diri dengan budaya kita sendiri? mungkin juga..karena kita bukanlah pemimpin peradaban atau teknologi saat ini. Kita masih sebagai konsumen dari bangsa lain, alias bayangan dari budaya bangsa lain.
Sementara Jepang, dengan kebanggaan yang sedemikian tinggi akan budaya mereka, berhasil menyerap nilai2 baru kedalam budaya mereka tanpa menghilangkan ciri budaya mereka.
Balik lagi ke fuku-sacho. Karena dia pernah bertugas di Eropa, artinya dia memang dianggap 'capable' untuk berkomunikasi dengan bangsa Eropa. Artinya kemampuan personal dia bagus (disamping bahasa inggrisnya).
Dan saat gw balik ke Jakarta, gw bareng dia lagi..dan disitu gw bisa ngobrol banyak lagi. bahkan dia minta dibayari taksi ma gw (hehe...jadi ngrasa lebih kaya dibanding dia). Alasannya karena dia tukar dolar singapura lebih sedikit, jadi dia khawatir nggak cukup buat bayar taksinya.
Dan saat makan siang, dia mau aja gw ajak makan di Mak D, salah satu fast food restoran yg cukup mendunia. Kalo gw sih mikirnya karena dana cekak, jadinya cari yang murmer aja.kalo dia mestinya bisa lebih lah, Tapi ternyata dia mau aja. mungkin karena ngerasa nggak enak kali (heh ge-er).
Kita berdua makan burger khas restoran itu, dan dia saat itu bercerita tentang keluarga dia, berapa kali dia pulang, kenapa dia ninggalin keluarganya di Jepang, dsb. Sisi pribadinya sedikit demi sedikit mulai dibuka. Dan bahkan dia nunjukin kelebihan Hp dia. Hp besutan perusahaan si Steve Jobs.
Sebelumnya saat di perjalanan ke airport pun kita banyak ngobrol, berawal dari saat kita nungguin taksinya, eh di depan mata kita berdua nyelonong Rolls Royce Phantom, mobil edisi langka keluaran pabrik pembuat mesin pesawat terbang itu. Konon hanya seribu biji yang dibuat, dan beberapa pemiliknya adalah tokoh terkenal seperti almarhum MJ, dan Raja Fahd.
Nggak berapa lama keluar Sedan Mercy coupe sport, dan nggak jauh dari situ terpakirlah mobil kuda jingkrak yang terkenal karena kemampuannya berpacu di jalanan. Dan ditulah dia mulai cerita lagi bahwa dia pernah mengendarai itu waktu tugas di Uk. Dan dia bilang, nggak enak naik itu, terutama kalo bawa pacar, Karena tarikannya kuenceng (otomatis keras hentakannya), dan remnya juga terlalu makan (alias keras juga berhentinya). takutnya kapok pacarnya kalo dibawa jalan2 pake mobil itu hehe..
berlanjut di taksi,barulah kita ngomongin tentang mobil, sampai balap, dan dia akhirnya terheran2 ke gw saat gw bilang gw hobi nonton F1. ternyata dia juga penggemar F1 juga.
Kita sama2 penggemar tim kuda jingkrak (meski sekarang gw netral). Dan dia sempat cerita kalo punya kostumnya DC, pembalap yang sekarang udah pensiun dari F1. hebat...itu baju pastinya mahal dan super safety.
Begitulah, interaksi gw dengan fuku-sacho, dan lumayan jadi tau sisi personal dia.
Satu pengalaman menarik buat gw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar